Thailand Hari Kelima - Chiang Rai: White Temple, Si Putih Nan Exotis

Wat Rong Khun, kuil putih nan mistis
Senin, 22 april 2013. Pagi telah tiba, saatnya sholat subuh, bersih-bersih, packing dan segera check out. Petualangan selanjutnya telah menanti. Udah jam 9 pagi, setelah bayar guesthouse kini waktunya menuju Arcade Bus Terminal Chiang Mai. Tapi kita gak langsung ke terminal, melainkan foto-foto sejenak di Tha Phae Gate dan melihat Wat Mahawan yang jadi lokasi film My True Friend atau di kenal juga dengan nama Mueng Qu dengan aktornya favorit saya si Mario Maurer dan Natcha Jantapan.
Tha Phae Gate, sisa kota tua yang masih berdiri kokoh
Chiang Rai, menjadi tujuan kita kali ini. Setelah baca buku Backpacking Thailand karya mas Hairun Fahrudin, saya sangat ingin sekali datang ke kota paling utara Thailand itu. Ditambah lagi belum banyak orang Indonesia yang kesana, jadi terasa liburan kali ini cukup special karena berbeda dari orang lain. Chiang Rai juga memiliki keistimewaan tersendiri karena sejarahnya sebagai ibu kota pertama dari kerajaa Lanna sebelum pindah ke Chiang Mai, bahkan patung Emerald Buddha yang sekarang ada di Wat Phra Khaew komplek Grand Palace Bangkok dulunya di simpan di salah satu kuil di kota ini dengan nama kuil yang sama. Selain itu kota ini juga menjadi lokasi pengungsi dari china selatan yang kini menjadi warga mayoritas tionghoa termasuk bahasanya yang jadi bahasa resmi kedua kota ini. Masih ada lagi yang ,menarik, kota ini juga sempat menjadi pusat pertanian opium terbesar di asia tenggara meski kini sudah dihapus dan tersisa hanya House of Opium, museum untuk mengenang sejarah kelam kota ini. Kota ini juga terkenal sebagai lokasi Golden Triangle karena memiliki perbatasan langsung berupa sungai yang membelah wilayah Thailand, Myanmar dan Laos.

Sampailah di terminal Chiang Mai dengan menaiki tuktuk dari Tha Phae Gate seharga 90 baht. Selanjutnya langsung menuju loket Green Bus buat beli tiket tujuan Chiang Rai. Bisnya berangkat jam 11, sambil nunggu bis jalan kita sarapan dulu di MC Donald di sebelah terminal dan beli beberapa cemilan untuk persiapan jalan jauh. Bis pun akhirnya berangkat, saya bilang sama kondekturnya yang seorang perempuan untuk turun di Wat Rong Khun. Kita duduk di kursi terdepan sebelah kiri, tak lama bis jalan kita disuguhkan snack berupa roti manis dengan taburan wijen hitam plus sebotol air mineral. Bis berjalan sekitar 2,5 jam dan berhenti di beberapa lokasi untuk mengisi bahan bakar atau pun menurunkan penumpang. Jalur yang dilewati berupa jalan tol dan jalan umum biasa yang berada di antara perbukitan dan pemukiman warga. Pemandangan kala itu kurang hijau karena sedang musim kemarau namun beberapa perkebunan dan tanaman-tanaman berbungan cerah tetap dapat dinikmati.

Berasa di negeri dongeng
Kondektur menghampiri saya dan Yudha dengan memberi tahu jika tujuan kami Wat Rong Khun sudah sampai. Kenapa Wat Rong Khun menjadi tujuan utama saya di kota ini? Ada yang begitu spesial dari tempat yang satu itu sampai-sampai saya sangat ingin mengunjungi tempat ini, Wat Rong Khun yang sebenarnya merupakan bangunan baru lebih dikenal oleh turis asing dengan nama White Temple. Sesuai namanya, kuil ini menjadi karya seni jangka panjang yang dipersiapkan sang artist yang memang miliki warna full putih di seluruh bagian eksteriornya. Begitu uniknya kuil ini karena di bagian depan kuil ini terdapat patung ratusan tangan yang menjulur dari bawah tanah, lalu jembatan yang melewati danau buatan lengkap dengan air mancur, lalu di kanan kiri jembatannya ada patung yang agak menyeramkan. Secara kasat mata jita kita sedang berada di jembatan menuju puntu masuk kuilnya, akan nampak jelas suasana mistis dari bentuk bangunan yang sangat detail ini. Selain cat putih, permukaan nya juga diberi mozaik cermin yang membuat bangunan ini tambah berkilau jika terkena cahaya.
Patung dewa menyambut pengunjung
Saatnya masuk ke bagian dalam kuil. Oh iya hampir lupa, pengunjung tidak di kenakan tiket masuk alias gratis tis tis. Perlu sekitar minimal 2 jam untuk benar2 menikmati komplek kuil ini yang juga memiliki sekolah biksu. Bagian dalam kuil membuat pengunjungnya takjub. Bagaimana tidak, bagian dalamnya berbeda sekali dengan luarnya yang serba putih. Bagian dalamnya justru dihiasi dengan mural atau lukisan di tembok yang memiliki gambar tak lazim sebagai rumah ibadah, yaitu gambar seperti aneka tokoh kartun Doraemon, Astro Boy, Ultramen, ada juga gambar teroros dunia GW Bush bersama Osama Bin Laden di dalam mata sebuah tengkorang seram lengkap dengan ilustrasi saat runtuhnya gedung WTC. Di bagian depan kuil juga terdapat patung Buddha bersepuh emas yang sedang meditasi di atas bunga lotus yang di letakkah di tembok dan tampak seperti melayang. Luar biasa sekali kuil ini.

Toilet termewah yang pernah saya masuki seumur hidup
Yang beda lagi dari kuil ini dengan kuil lain adalah adanya dekorasi taman tak lazim seperti patung alien, tengkorak, setan dan patung-patung seram lainnya. Dan yang paling kontras dengan komplek kuil putih ini adalah bangunan toilet umum dengan ukuran yang cukup megah yang justru di tutupi dengan sepuhan cat emas di seluruh bagiannya. menurut sang arsitek, emas itu melambangkan keserakahan dan putih itu simbol kesucian, makanya warna emas itu ia letakkan untuk warna toilet.Gak akan habis jika saya ceritakan semua keistimewaan yang ada di Wat Rong Khun ini, karena butuh minimal 2 jam untuk menikmati seluruh bagian dengan detail. Jika ada kesempatan ke Thailand tidak ada salahnya anda sendiri yang berkunjung ke sini, temukan keistimewaan lain  karena memang bangunan ini belum selesai seutuhnya. Masih sekitar 90 tahun lagi kuil ini selesai dibangun, maka akan selalu ada bagian unik yang dibuat sepanjang tahun.

Ok, sudah puas keliling Wat Rong Khun saatnya ke pusat kota buat nyari tiket bis balik ke Bangkok. Sayangnya di sekitar sana gak nampak tanda-tanda angkutan umum, akhirnya kita ngantri mau naik taksi. Tapi pas taksinya lagi di cari sama yang jaga, kita malah kabur ke jalan raya mau naik bis umum aja dan si bapak yang jaga manggil kita "khun... khun..." tapi kita cuekin, kasian juga sih nanti dia gak dapet komisi tapi kita juga kan mau ngirit, hehe. Tapi ternyata di jalan raya pun sedikit sekali angkutan umum yang lewat, gak lama kemudian ada kakak beradik yang lewat dan kita tanya gimana cara ke terminal tapi kakaknya yang prempuan gak mau jawab pake bahasa inggris, malah adeknya yang laki yang disuruh jawab tapi malu dan gak jelas pada ngomong apaan. Yasudahlah akhirnya muncul bis sedang yang berenti di depan kita, gak mikir panjang lagi langsung kita naik dan alhamdulillah beneran sampe ke terminal yang jaraknya sekitar 15 menit dari Wat Rong Khun.

Masjid terbesar di pusat kota Chiang Rai
Sampe di terminal Chiang Rai buru-buru cek ke loket tiket bis ke Bangkok. Dan, tiketnya abis baru ada besokannya jam 10 pagi. Nah lohh... bingung kan. Ok, tenangin pikiran biar gak tambah runyam. Gak kepikiran nginep di kota ini, saya langsung cek bis balik ke Chiang Mai kali aja nanti malem masih ada bis ke Bangkok. Kalo abis pun ya lebih gampang juga balik ke Bangkoknya, beda sama Chiang Rai yang jauh banget dan transportnya terbatas. Niatnya kalo gak ada bis ke bangkok dari sana kita mau nginep di masjid terdekat aja sampe pagi. Sambil nunggu bis ke Chiang Mai jalan jam setengah 7 malem, kita keliling kota dulu dan tujuan pertama ke masjid besar di tengah kota yang sayangnya saya gak sempet cari tahu apa nama masjidnya. Yang pasti ini masjid besar banget dan masjid terbesar yang kita kunjungi di Thailand.

Clock Tower, icon kota bersepuh emas
Masjidnya nyaman banget, besar, luas. Kita langsung nge jamak sholat dzuhur dan ashar. Gak lama selesai kita sholat, ada beberapa warga yang datang ke masjid, rupanya mereka baru mau sholat ashar berjamaah. Jadilah kita sholat ashar 2 kali. Selesai sholat, 2 orang bapak yang nampaknya seorang imam masjid dan pengurusnya nyamperin kita yang sedang sibuk dengan barang bawaan masing-masing, setelah mengucapkan salam saya memberi tahu jika kita dari Indonesia dan tidak bisa bahasa Thailand.

Ok, selesai nyantai untuk beribadah sekaligus nge charge HP kita langsung bergegas kembali ke terminal. Lebih baik nunggu buat mastiin kita bisa naik bis dengan benar biar bisa balik ke Bangkok. Jalan dari masjid ke terminal sekitar 1 km, di tengah kota Chiang Rai ada sebuah tugu yang jadi lanmark kota berupa menara jam yang di sepuh cat emas tepat di persimpangan jalan utama kota. Bentuknya mirip tugu di Jogja tapi yang ini ada jamnya dan full warna emas.Gak mau sia-siain, saya berfoto sejenak di sana dan si Yudha yang fotoin soalnya dia gak mau di foto.
Food Zone di Chiang Rai Night Market
Di Chiang Rai juga ada night market yang lokasinya tepat di sebelah terminal. Karena kita kesananya udah sore, yang jualan sudah mulai gelar lapak namun belum banyak. Kita santai sejenak di area food court yang tersedia tepat di depan panggung hiburan. Sudah jam 6 sore barulah kita nunggu di terminal sampai bis datang. Satu hal yang saya suka banget sama transport di sini, berangkatnya on time dan sampai tujuan pun jadi sesuai sama waktu yang sudah saya perkirakan 9.45 malam di terminal Chiang Mai.

Lima belas menit lagi terminal Chiang Mai tutup dan sudah mulai gelap, selesai bis merapat kita langsung lari ke dalam terminal berharap masih ada loket bis ke Bangkok yang masih buka. Ya, loketnya masih buka dan orangnya juga masih ada tapi pelayanannya udah selesai dan si tukang loket kasih jawaban kalo suruh balik lagi ke terminal besok pagi dan bis sepertinya baru ada jam 10 pagi. Waduh, bener-bener harus stay lagi 1 malam di kota ini. Baru mau keluar terminal tiba-tiba ada yang teriak "Bangkok... Bangkok..." si pria yang teriak itu sepertinya tahu kalo kita lagi nyari tiket ke Bangkok dan dia nunjuk ke loket yang tiba-tiba buka. Alhamdulillah, last time terminal tutup ada tiket bis yang masih bisa kita beli. Selesai pegan tiket kita langsung lari ke bis yang sudah siap jalan.

Hufft, lega banget akhirnya bisa duduk di bis yang nganter kita balik ke Bangkok. Napas udah ngos-ngosan mikirin kalo rencana bakal berantakan tapi semua kini sudah tenag sesuai dengan yang diinginkan. Saatnya istirahat, jamak maghrib isya sejenak trus tidur. Yang unik dari perjalanan kali ini adalah konduktur bisnya yang waria, tapi gak seperti waria di indo yang tampak berantakan waria ini tampak sangat rapih dan wangi sekali, tampak profesional melayani penumpang bis meskipun sudah malam. Saat bis jalan dia memberikan snack dan menawarkan soft drink. Kita dapat tiket bis VIP yang berada di lantai bawah bis tingkat. Sayangnya penumpang bapak-bapak di kursi seberang saya tidurnya ngorok jadi sangat ganggu se isi bis malam itu, lebih kasian lagi ada perempuan yang pas duduk di sebelahnya yang gak kebayang banget gimana perasaanya duduk di sebelah orang yang ngoroknya gak keruan. Tapi karena udah capek banget, kita pun tidur juga dengan nyenyak. Gak sabar mau cepet-cepet sampe Bangkok.

Rincian pengeluaran hari kelima :
- Guesthouse                                  = 175 THB
- Tuk tuk                                        =   90 THB
- Bis PP Chiang Mai-Chiang Rai     = 370 THB
- Makanan                                      =   80 THB
- Belanja souvenir & snack              =   90 THB
- Bis Chiang Mai-Bangkok              = 615 THB
Total = 1420 THB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

최진혁 (CHOI JIN HYUK) - 다시 사랑한다 말할까 (Should I Say I Love Again) MV Emergency Couple

박시환 (PARK SI-HWAN) - 그때 우리 사랑은 (The Way We Loved) (응급남녀 OST) MV Emergency Couple

Kerja di Kapal Pesiar? Why Not!!!