Thailand Hari Keenam - Bangkok: Welcome Back Bangkok


View perdana saat masuk gerbang Grand Palace, cantik
Selasa, 23 april 2013. Setelah 2 hari 3 malam meninggalkan Bangkok, selasa pagi itu kami kembali. Karena cuma dari kota exotic inilah kita bisa balik ke Jakarta. Sekitar 10 jam perjalanan malam dengan bis dari Chiang Mai, sampailah kita di Northern Bus Terminal Bangkok atau yang lebih dikenal dengan nama Chatuchak Terminal. Layaknya pagi-pagi dari Bekasi ke Jakarta yang macet, begitu pun yang terjadi saat bis melewati Ayyutaya menuju Bangkok meskipun lewat tol tetap saja macet.

Patung-patung penjaga berukuran raksasa ini
siap menyambut ke datangan anda
Dari terminal kita putuskan untuk berjalan kaki menuju Mo Chit BTS Station yang jaraknya sekitar 1,5 km. Lumayan juga olahraga pagi untungnya Bangkok habis di guyur hujan semalam dan pagi itu pun jadi lebih sejuk dan berawan. Beberapa objek yang dilewati menuju Mo Chit diantaranya ada Queen Sirikit Park, Chatuchak Park, dan yang fenomenal sekali adalah Chatuchak Weekend Market yang sayangnya tutup saat weekday.

Tanpa pikir panjang diputuskan kita kembali menginap di guesthouse sebelum ke Chiang Mai di Sitdhi Guesthouse Soi Rambuthri. Dari Mo Chit naik BTS sampai Siam lanjut naik bus no. 47 dari depan Siam Square turun di Ratchadamnoen Klang Road tinggal nyeberang ke kawasan Banglumphoo. Lokasinya yang hening dan tetap dekat dari keramaian membuat saya kerasan stay di tempat itu ditambah keluarga pemiliknya yang ramah banget. Karena sudah semakin siang, gak lama-lama istirahat dan bersih-bersih,  lanjutkan schedule harus tetap dijalankan. Wisata hari ini saatnya keliling kota tua Bangkok di kawasan Rattanakosin. 

Sanam Luang Park yang tertata sangat rapih dan bersih,
atap-atap Grand Palace tampak jelas di kejauhan
Kata orang, belum ke Bangkok kalau belum berkunjung ke Grand Palace. Ibarat kata belum tahu Monas kalau ke Jakarta. Tampaknya Yudha memang tidak interest dengan wisata sejarah dan budaya, beberapa kali kita sempet debat soal dress masuk ke tempat wisata yang harus panjang tapi dia nolak dan bilang akan tunggu diluar saat saya ke dalam. Jadilah kita jalan tapi banyak diamnya menuju Grand Palace melewati Sanam Luang Park, sebuah taman luas nan rapih dan bersih yang sering menjadi area untuk upacara keagamaan dan kerajaan Thailand. Jarak ke Grand Palace dari kawasan Khaosan Road cukup 15 menit  jalan kaki dengan atap-atap kuil cantik yang terlihat jelas dari kejauhan. Tiket masuk ke Grand Palace 500 baht, termasuk tiket terusan untuk masuk ke area kerajaan yang baru di kawasan Dusit. 

Banguan-bangunan megah di dalam komplek
Sebelum menuju loket, ada petugas yang akan memantau pakaian pengunjung. Jika dirasa kurang sopan maka akan disarankan untuk menuju ruang sewa pakaian. Area pertama yang dimasuki oleh pengunjung selepas membeli tiket adalah komplek Wat Phra Kaew, sebuah komplek tempat peribadatan umat Buddha paling di sucikan di Thailand karena menyimpan patung Emerald Buddha yang sangat di sakralkan oleh umat Buddha di sana. Seperti di negeri dongeng, arsitektur bangunan disana sangat megah, besar, cantik dengan ornamen-ornamen mendetail yang di dominasi warna emas. 

Wat Phra Khaew, house of Emerald Buddha

Patung Emerald Buddha itu kecil, hanya sekitar 50 cm. Turis di ijinkan masuk ke dalam kuil yang tetap digunakan sebagai sarana ibadah namun sangat tidak diperkenankan untuk mengambil foto. Patung itu menggunakan kostum dari emas murni yang di ganti setiap musim dengan upacara megah yang langsung dihadiri oleh Raja Thailand Bhumibol Adulyadej dan keluarga. Semua bangunan di komplek ini diberi nama dalam bahasa Thailand, jadi susah untuk dijabarkan selain membaca sendiri secara lengkap dari brosur yang diberikan gratis oleh petugas di pintu masuk yang juga jadi panduan penting saat kita disana. 

Grand Palace, istana raja bercitarasa eropa
Setelah puas di area pertama kita akan ke pintu keluar menuju Grand Palace, sebuah istana bergaya eropa dengan atap khas Thailand tampak megah berdiri dengan indah. Sayangnya kita tidak dapat memasukinya bangunan-bangunan megah yang ada disini, hanya area basement Grand Palace yang dibuka sebagai museum senjata. Untuk mengetahui detail dari setiap bangunan di komplek ini, kita dapat melihatnya dengan masuk ke Wat Phra Kaew Museum yang ada di dekat jalur keluar. Butuh sekitar 2-3 jam untuk menyusuri keindahan komplek wisata ini dan datangnya jangan terlalu siang karena dipastikan akan sangat ramai dengan turis. Operasional Grand Palace dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore.

Oke, saatnya keluar Grand Palace menuju Wat Pho di belakang komplek ini yang tersohor karena adanya Reclining Buddha atau patung Buddha tidur terbesar di dunia. Di depan gerbang saya sempat bertemu 2 turis asing yang hampir kena scam. Trik para pelaku biasanya bilang jika Grand Palace tutup karena ada acara lalu menawarkan keliling dengan tuk tuk dan di berhentikan di toko souvenir. Selebihnya seputar scam silahkan klik di sini. Dari belakang supir tuk tuk saya tunjuk-tunjuk ke punggungnya dengan menatap ke turis itu sambil berkata pelan, "he is lie, Grand Palace still open." Ini harus diketahui oleh pengunjung di Bangkok karena sudah banyak korban. Jalan menuju Wat Pho bisa kita susuri di tepi sungai Chao Phraya melewati banyak penjual souvenir kaki lima yang kebanyakan menjajakan barang-barang keagamaan seperti jimat.

Buddha tidur raksasa di komplek Wat Pho
Jarak Wat Pho sekitar 10 menit karena jalannya mengitari tembok Grand Palace yang panjang. Tiket masuk untuk turis 100 baht. Kali ini saya nekad masuk lewat jalur warga Thailand yang gratis, dengan modal pede mirip orang Thailand aksi saya pun sukses, hehe. Tiket turis dapat ditukar dengan sebotol air mineral, meskipun tak dapat tapi tak masalah karena bisa hemat 100 baht untuk pengeluaran lain. Masuk area kuil Buddha tidur kita harus lepas alas kaki, patungnya luar biasa besar dengan tinggi sekitar 5 meter dengan panjang 40 meter diberi sepuh emas murni. Karena ramai, sempit dan banyak tiang penyangga, jadi cukup sulit untuk mendapatkan spot foto yang bagus. Komplek kuil ini merupakan kuil Buddha terluas di Thailand, banyak pagoda di dalamnya yang sempat membuat saya tersasar mencari jalan keluar. Di kuil ini pula terdapat sekolah Thai Massage yang terkenal, tarifnya mulai 150 baht untuk anda yang ingin mencoba. Karena ingat belum sholat dzuhur, maka hanya sekitar 40 menit saya di kuil ini untuk kemudian mencari masjid terdekat.
Masjid Tonson, masjid tertua di Bangkok
Lokasi masjid tujuan saya kali ini adalah Tonson Mosque yang berada di belakang komplek Wat Arun. Untuk menuju Wat Arun kita hatus menyeberang sungai Chao Phraya dengan cross boat bertarif 3 baht. Lokasi dermaga penyeberangan ada di seberang Wat Pho bernama Tha Tien Pier. Jam makan siang udah lewat dan jam makan malam belum waktunya, jadilah saya beli rujak mangga atau mamuang ala Thailand seharga 20 baht untuk ganjal perut. Wat Arun yang terkenal dengan nama Temple of Dawn tampak megah menjulang tinggi di seberang sungai, sesuai namanya kuil ini sangat cantik bila dilihat dari seberang sungai saat matahari terbenam. Namun sebelum masuk saya harus segera ke masjid dulu yang berjarak sekitar 200 meter dari belakang Wat Arun. Ternyata masjid ini adalah masjid tertua di Bangkok yang kini sudah tampak modern dengan arsitektur cantik khas masjid di timur tengah dan melayu. Kembali ke Wat Arun, untuk turis dikenakan tiket 50 baht dan saya lagi-lagi nekad jadi orang Thailand biar gratis dan lagi-lagi pula saya sukses. Total hemat saya hari ini alhamdulillah 150 baht.
Wat Arun, tangga terjal menunggu anda menuju puncak
Wat Arun cukup kecil  untuk di jelajahi, hanya sekitar 30 menit sudah puas keliling dan naik ke puncak tertinggi kuil bergaya Burma ini. Kita bisa naik hingga di ketinggian sekitar 25 meter dengan tangga yang sangat curam dan harus ekstra hati-hati. Di atas kita bisa mengisi tanda tangan dan ucapan di kain besar yang mengelilingi badan kuil sambil melihat pemandangan Bangkok dan Sungai Chao Phraya. Di tempat ini pula saya banyak bertemu dengan pengunjung dari Indonesia yang rata-rata rombongan, cuma saya yang sendirian. Puas keliling dan foto-foto saya kembali menyeberang ke Tha Tien Pier untuk menuju spot selanjutnya.

Sore ini saya putuskan untuk kembali ke area Siam, naik Chao Phraya Express Boat turun di Satorn Pier lanjut naik BTS turun di Siam. Di jalan saya coba hubungi Yudha buat ketemuan di Siam Paragon, ceritanya saya pengen nonton di IMAX. Saya pikir si Yudha pergi kemana gitu sendirian, rupanya dia balik ke guesthouse karena sakit perut. Habis sholat ashar di MBK Center, saya memutuskan untuk makan malam dulu sambil nunggu Yudha datang seperti biasa di International Fifth Avenue MBK Center lantai 5.

Abis makan dan sholat maghrib, kita baru jalan ke bioskop yang ada di Siam Paragon. Namanya Paragon Cineplex, gak jadi nonton IMAX dan jadinya midnight 22.30 nonton film Thailand terbaru Greanfiction. Karena baru jam setengah delapan ya kita keluar mall dulu buat foto-foto narsis sejenak di pelataran air mancur di depan Siam Paragon yang luas banget. Terus saya ajak Yudha ke Erawan Shrine, tempat berdoa paling hits di Bangkok. Kita di sana sampai jam 21.30 sebelum akhirnya balik ke Siam Paragon yang hampir tutup, jadilah kita naik ke bioskopnya di lantai 5 dengan eskalator yang sudah mati dan mall yang sudah sepi.

Greanfiction sendiri memang sangat ingin saya tonton kala itu, selain tidak akan tayang di bioskop Indonesia film ini juga memiliki soundtrack yang di aransemen oleh penyanyi Thailand favorit saya yaitu Pchy August. Film ini di produksi oleh Sahamongkol Production dan Studio Comman dengan di isi oleh para bintang muda Thailand. Seperti yang sudah saya jelaskan di blog hari ketiga, ada jam tertentu dimana kita akan di perdengarkan lagu kebangsaan Thailand, termasuk di bioskop. Lagu kerajaan akan diputar dan kita di wajibkan berdiri sampai lagu habis. Sebenarnya gak wajib untuk WNA, tapi berhubung wajah kami gak beda sama orang lokal lebih baik kita ikut berdiri biar gak disangka pembangkang. Karena salah satu perbuatan yang bisa mendapat hukuman berat di Thailand adalah jika kita meremehkan simbol-simbol kerajaan disana termasuk tidak menghagai lagu nasional kebangsaan saat diputar. Tentu saja itu menjadikan orang Thailand dapat menjadi lebih nasionalis. Tapi sayangnya saya dan Yudha berdirinya kelamaan dan justru jadi tontonan penonton di belakang kita. Oke lah, show must go on....

Filmnya selesai jam 1 pagi, kita harus keluar mall dengan jalan ngikutin pengunjung lain yang rupanya menuju parkiran dan mereka pada vawa kendaraan pribadi. Jadilah kita keluar mall dengan mengikuti alur turun parkiran mobil. Berjalan ke depan MBK Center dengan harapan masih ada bis ke Rattanakosin, sampai jam 2 tidak ada 1 pun bis yang lewat kita akhirnya naik Taxi Meter samapi Khaosan Road. Meskipun semakin pagi, bising dari banyaknya pub & bar di jalan itu malah makin ramai. Kita berhenti sejenak disana, Yudha beli sepotong baju dan saya beli 2 tusuk barbeque yang dijual oleh seorang muslimah berjilbab. Tak tega rasanya melihat saudara seiman harus hidup di tengah liberalisasi yang sangat liar di kota ini.

Sampai di guesthouse, sholat isya lalu langsung tidur karena badan sudah lemes plus ngantuk luar biasa. Besok adalah hari terakhir Yudha di Bangkok, berbagai rencana puncak sudah saya rancang untuk saat itu.


Rincian pengeluaran hari keenam :
- Transport ( MRT, Bus, Chao Phraya Express Boat )  =  81 THB
- Penginapan                = 175 THB
- Makanan                   = 194 THB
- Ticket Grand Palace  = 500 THB
- Ticket bioskop          =  190 THB
- Taksi                         =   30 THB
Total   =  1170 THB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

최진혁 (CHOI JIN HYUK) - 다시 사랑한다 말할까 (Should I Say I Love Again) MV Emergency Couple

박시환 (PARK SI-HWAN) - 그때 우리 사랑은 (The Way We Loved) (응급남녀 OST) MV Emergency Couple

Kerja di Kapal Pesiar? Why Not!!!