Cuti Singkat: Singapore - KL, Malaysia (Day 1 & 2)

Masjid As Syakirin KLCC Dengan Background Petronas Twin Tower dan KL Tower
Ini kali kedua saya keluar negeri. Waktunya pendek banget, hanya dapat 2 hari cuti plus 2 hari libur. Bermula saat kembali dari Bangkok, Thailand saya sudah gak tahan mau liat cap Visa On Arrival selanjutnya ada di lembaran Passport. Sekelebat dapet info si merah AirAsia lagi promo, tak pikir panjang lagi langsung online booking Jakarta - Singapore return cuma 490 ribu, nett. Ya, berkuranglah saldo saya dalam sekejap demi 3 setengah hari traveling selanjutnya 4 bulan setelah dari Thailand.

Backpacker tetap menjadi pilihan saya untuk berlibur hemat, target kali ini pengeluaran gak boleh lebih dari 3 juta. Untung saja ada kawan kuliah warga Singapore yang sudah mudik, tinggal koling dia dan alhamdulillah berkuranglah biaya hotel dan makan, hehe... Yuk langsung aja kita liat apa aja yang bisa dilakukan dengan dana minim di 2 negara tapi tetep bisa happy.

Hari Pertama - Singapore: 3 Negara Dalam 5 Jam
Rabu, 4 mei 2013. Flight time 18.46 WIB, mendarat di Changi Airport 21.10 waktu Singapore. Udah pusing mau buru-buru keluar imigrasi, bukan karena udah di tunggu temen tapi takut ketinggalan bus jurusan KL yang sudah di booking seminggu sebelumnya dengan kartu kredit sebesar 320 SGD. Rupanya Terminal 1 Changi Airport ini luasnya luar biasa, dari turun pesawat butuh waktu hampir 20 menit sampai loket imigrasi. Ditambah 2 menit sejenak ngetwit di internet gratis yang tersebar di banyak sudut bandara, gak mau rugi eksis donk....

Udah hampir jam 10 malam akhirnya lolos juga dari loket imigrasi dan mata langsung celingukan nyari si Firzan temen saya itu. Gak banyak ngobrol langsung naik monorail bandara menuju Terminal 3 sambung MRT. Rupanya Firzan sudah nyiapin EZ Link untuk saya dengan saldo 60 SGD, gak cuma itu dia juga menyerahkan Blackberry-nya untuk saya pakai selama di sana lengkap dengan pulsa beserta paket datanya. Baiknya luar biasa kawan saya itu. Alhamdulillah makin berkuranglah pengeluaran saya...

Pertama naik MRT di Singapore sudah gak asing bagi saya karena sudah merasakan transportasi serupa di Bangkok. Cuma bedanya MRT di Singapore itu naik turun alias ada halte di atas dan di bawah tanah. Dalam perjalanan singkat malam itu kita hana chit chat layaknya kawan lama yang melepas kangen. Kita turun di halte Lavender lalu berjalan cepat menuju Golden Mile Complex tempat bus yang saya naiki berada. Alhamdulillah baru jam 10.50, setelah check in di loket penjualan tiket kita langsung menuju bus yang sudah siap berangkat. Tak lama muncul seorang perempuan chinesse dan bus siap berangkat. Sebelum berangkat 2 box brownies coklat keju saya kasih Firzan sebagai oleh-oleh dari Jakarta karena hanya saya sendiri yang akan ke KL. Jam 23.15 bus berangkat dengan penumpang hanya 4 orang, 3 laki-laki dan 1 perempuan. 

Bus first class yang saya naiki naman sekali dengan kursi lebar lengkap dengan mini TV. Kamera langsung siap di tangan untuk mengabadikan suasana malam di sepanjang jalur yang akan saya lewati pertama kali sepanjang hidup. Singapore malam itu cantik dengan warna lampu dari hampir seluruh bangunan yang di lalui, termasuk dari Singapore Eye dan Marina Bay Sands yang saya tunggu. Hanya butuh 20 menit untuk sampai di gedung imigrasi Woodland sebelum menyeberang ke Johor Bahru. Tas di tinnggal di dalam bus dan kita harus secepat mungkin melewati petugas imigrasi dan menuju pintu keluar di mana bus sudah menanti. Baru tenang duduk di bus 5 menit, eh sudah sampai aja di Johor Bahru. Lagi-lagi harus turun bus tapi kali ini harus membawa semua barang karena ada pemeriksaan wajib jika memasuki negara baru. Yang terasa gak asing adalah petugas imigrasi Malaysia semua perempuan berjilbab sambil memutar lagu Judika yang saya lupa judulnya dan sekejab berfikir, "ini sih apa bedanya sama di Pulo Gadung!" Saat sudah kembali ke dalam bus, saya merasakan inilah rasanya ada di 3 negara dalam waktu kurang dari 5 jam, jam 19 di Indonesia, jam 22 di Singapore dan jam 00 di Malaysia. Berhubung sudah tengah malam dan pemandangan cuma hutan sawit saatnya rehat. Berharap petualangan seru hadir saat melek nanti.

Hari Kedua - Kuala Lumpur, Malaysia: KL One Day Tour
Sekitar jam setengah 2 pagi bus berhenti sejenak sama seperti bus malam pada umumnya di Indonesia atau Thailand untuk ke toilet atau sekedar mengganjal perut, saya gak beli apa-apa karena sudah membawa bekal dari tanah air. Supir hanya bilang 20 menit tapi berubah 30 menit lebih gara-gara nunggu si peneumpang perempuan yang tak kunjung datang. Saat bus berangkat estimasi saya adalah 6 jam perjalanan dari Singapore ke KL, makanya saya pikir masih panjang dan lanjut tidur. Baru 1 jam tidur saya terbangun dan menemukan bus sudah berada di keramaian kota. Feeling langsung gak enak sepertinya bakalan sudah mau sampe, tengok kanan kiri kali aja melihat icon KL seperti Petronas atau KL Tower. Dan dugaan saya benar saja, 3.30 pagi saya sampai di Terminal Puduraya atau dikenal dengan nama Pudu Sentral. Icon KL Tower yang saya tunggu akhirnya keliatan, seneng tapi bete kenapa cuma 4,5 jam busnya udah sampe dan saya bingung harus kemana pagi-pagi buta begini.

Lebih bete saya di serang pertanyaan supir taksi yang nawarin jasanya di saat turun bus dengan mata masih setengah melek. Setelah saya bilang, "tak, saya ade' kawan jemput" dengan aksen khas Upin Ipin baru mereka minggir. Belom tau mau kemana saya langsung coba inget-inget Google Map jalanan KL yang sebelumnya saya liat. Setidaknya saya butuh tempat duduk nyaman yang bisa di tempatin lama, saat melihat McD di sanalah magnet menarik saya. Gak enak klo gak beli tapi males banget makan, jadilah keluar dan cari tempat lain. Telusur-telusur jalanan ketemulah sama Masjid Jamek dan inget klo Dataran Merdeka ada di jalan raya belakangnya. Jadilah saya cari kursi taman di pinggir jalan Dataran Merdeka seberang icon KL lainnya Bangunan Sultan Abdul Samad yang legendaris. Kebetulan Malaysia baru selesai merayakan hari berdaulatnya negara itu, jadi sisa-sisa dekorasi bendera Malaysia masih terpasang hampir di seluruh bangunan di penjuru kota.

Sambil makan bekal bawaan, pindah-pindah bangku taman, nge-twit, akhirnya azan subuh saya langsung meluncur ke Masjid Jamek yang merupakan masjid tertua di KL. Masjid bergaya Mughal ini serupa dengan icon bagunan tua lain di KL. Eksotik di luar, modern di dalam. Bukan hanya Islami tapi juga bercitarasa seni tinggi. Yang lebih saya kagumi, imam subuhnya adalah seorang tuna netra. Bacaan Qur'an-nya luar biasa merdu, selain khusuk dalam penghambaan, rasa malu begitu dalam karena sering kali saya yang diberi fisik normal justru sulit sekali mengamalkan ajaran-Nya. Astagfirullah... Sengaja saya berlama-lama di dalam masjid, bermunajat kepada-Nya sekaligus menunggu matahari dengan mengagumi kemegahan masjid ini.

Salah Satu Sudut Masjid Jamek
Mc Muffin plus coffee McD seharga 7,5 RM membuka sarapan saya di pagi yang mendung. Tampak jelas jika perjalanan hari ini pasti akan berubah dari rencana. Benar saja, kurang dari satu jam rintik hujan mulai turun lama-lama besar dilengkapi tiupan angin kencang hingga sungai Gombak di depan saya meluap deras. Satu jam berlalu dan sya di situ-situ aja karena hujan, berhubung hujan tak kunjung reda saya nekat menuju Stasiun KL Station. Stasiun tua cantik bergaya Mughal nampak berbaur dengan banyak icon kota lainnya dengan design serupa. Selepas melaju di tunnel depan stasiun, lagi-lagi harus nekat berlari di bawah hujan ke arah Masjid Negara. Untung jaraknya cuma 150 meter dengan sebuah menara tinggi menjadi penandanya.

Namanya juga Masjid Negara, ya banyak turis asing yang berkunjung layaknya Masjid Istiqlal di Jakarta. Masjid ini tergolong baru, yang khas dari masjid ini terletak pada atapnya yang menyerupai payung terbuka berwarna hijau gradasi biru dengan di kelilingi puluhan atap berbentuk piramid kecil. Pun dengan atap menara masjid yang menyerupai payung dalam keadaan kuncup tertutup. Hampir jam 10 waktu KL, saya masuk ruang utama masjid untuk sholat dhuha. Turis dilarang masuk ke area sholat utama khususnya non muslim. Interior masjid yang tidak terlalu luas ini sangat khas masjid timur tengah dengan mozaik, ukiran serta kaligrafi dengan padanan warna-warna terang. Di sisi barat daya masjid terdapat beberapa makam pahlawan Malaysia, itulah mengapa saban hari masjid ini selalu banyak pengunjung yang juga berziarah. Di selatan masjid ada Islamic Art and Culture Museum, sayangnya kamis itu museum lagi tutup.
Kuala Lumpur City Galery dan Bangunan Sultan Abdul Samad
Pavilion Mall Bukit Bintang
Sekitar jam 11 saya kembali menyusuri KL Sentral sampai Terminal Pasar Seni. Di sana sudah tersedia Purple Bus gratis menuju kawasan elit jalan Bukit Bintang. Ini Orchard Road-nya KL. Berhubung kemana-mana gemblok ransel jadi males mau masuk Pavilion, mall paling eksis di sana. Suasana masih rintih-rintik gerimis menemani langkah saya sampai naik monorail menuju KL Tower. Shuttle bus sudah menanti di gerbang Bukit Nanas untuk ke KL Tower. Memang saya gak minat untuk naik ke puncaknya, liat harga tiket masuk yang mahal jadi makin gak minat. Hanya ingin tahu seperti apa KL Tower sudah cukup dengan berkeliling fasilitas gratis yang ada seperti taman melayu, panggung terbuka, theater yg memutar sejarah KL Tower, toko souvenir dan stand makanan.  Di sana juga ada simulasi F1 dengan harga tiket berbeda, dan satu lagi yang istimewa adalah adanya pohon langka bernama pohon jelutong berusia lebih dari 110 tahun yang di pelihara sangat detail agar tetap tumbuh sehat di posisi aslinya.
KL Tower Dari Kaki Bukit Nanas
Tak perlu lama-lama di KL Tower, turun lagi dengan shuttle bus. Keluar Bukit Nanas menuju stasiun MRT Dan Wang untuk ke Petronas Twin Tower. Inilah lokasi wajib saat di KL, meski mainstreem tapi saya tetap tergoda ke sana. Keluar MRT langsung jeprat-jepret di depan Petronas, lepas itu langsung masuk Suria Mall di bagian bawah gedung menuju taman kota di belakangnya. Rupanya siang itu taman sudah ramai pengunjung, khususnya di area fountain yang menjadi magnet utama. Tapi sebelum menikmati suasana taman saya ke masjid dulu di belakang taman untuk sholat dzuhur.
KLCC (Symphony Lake Fountain, Water Park, Jogging Track)
Menikmati siang hari yang terik memang paling pas ada di KLCC Park. Selain ada arena untuk main air, hijaunya pepohonan lengkap dengan kolam air mancur luas yang spektakuler, lebih indah jika datang malam hari karena perpauan air mancur akan berkolaborasi dengan tata lampu cantik dan musik. Saat berkeliling taman saya juga bertemu pasangan pengantin baru yang merupakan ponakan dari mantan Bupati Kab. Bekasi, selepas berbincang dan foto-foto kita berpisah. Sekitar jam 3 saya kembali ke Pasar Seni naik MRT, selesai sholat ashar di roof top Central Market kini saatnya mencicil belanja oleh-oleh. Dua belas box coklat sudah di tangan, lepas itu saya mengunjungi kawasan pecinan Jalan Petaling yang di dominasi oleh pedagang bunga, makanan dan fashion.
Shopping Paradise at Kesturi Walk, Central Market (Pasar Seni), and Petaling Street
Sore itu rencananya saya mau ke Masjid Persekutuan, untuk ke sana saya harus naik bus no. 115 jurusan hentian atau terminal Duta. Dari sana tinggal jalan kaki saja. Tapi rencana tinggal rencana, lama menunggu bus pun tak kunjung datang sampai hampir tertidur karena lama nungguin. Setelah memutuskan untuk meng-cancel, ehh busnya lewat. Emang gak rezeki, padahal saya pengen banget ke sana karena itu salah satu masjid tercantik di Malaysia sekaligus pernah menjadi tempat penikahan sang diva idola saya Cik Siti Nurhaliza. Yasudahlah sore itu saya habiskan untuk menuju beberapa bangunan bersejarah di sekitar dataran Merdeka seperti National Textile Museum dan KL City Galery, rupanya KL punya Museum Chocolate yang terletak di bawah Dataran Merdeka namun sore itu sudah tutup, selebihnya saya berkeliling di sekitar Pasar Seni hingga kawasan Masjid India.
Indian Community (Bazzar & Masjid India)
Sekitar Masjid India juga terdapat bazar pakaian dan dekat dengan banyak bangunan pertokoan. Mayoritas warga India yang bermukim di kawasan itu beragama Islam, makanya mereka mendirikan masjid megah sebagai pusat aktifitas mereka. Kesempatan di sana tidak saya sia-siakan untuk sholat magrib sambil melihat aktifitas sehari-hari warga lokal, dan memilih salah satu kedai makanan di dekat masjid untuk makan malam. Sesuai rekomendasi dari junior saya di tempat kerja, saya pilih menu nasi goreng kampong dan juice mangga. Sedikit perbedaan dengan nasi goreng di Indonesia, nasi goreng kampong di KL menambah kangkung dalam masakannya dan menikmatinya dengan kuah kaldu ayam yang disediakan terpisah. Dari segi rasa hampir tidak jauh berbeda. Menu mengenyangkan itu hanya seharga 7 RM, padahal saya berpikir akan sedikit lebih mahal sebab ukuran juice mangganya menggunakan gelas yang cukup besar.

Hari sudah semakin malam dan sudah tidak banyak tempat yang dapat saya jelajahi karena malam itu juga saya harus kembali naik bus ke Singapore. Saya kembali sholat isya di Masjid Jamek, sengaja saya lamakan untuk menikmati suasananya sambil mengabadikan beberapa foto terakhir. Menutup perjalanan saya di KL, saya kembali naik Purple Bus menuju kawasan elite Bukit Bintang. Waktu hampir jam 9, sejenak saya kembali menyusuri Kasuari walk di samping Central Market untuk membeli pernak-pernik khas KL. Kini saatnya menuju terminal Pudu Sentral. Tak ada bedanya dengan terminal Pulo Gadung Jakarta, masih jauh dari terminal pun calo tiket sudah mengepung. Dengan modal diam dan bilang "tak," akhirnya lolos juga di dalam terminal dan membeli langsung di loket resmi meskipun tetap aja di pepet calo untuk beli di operator bus itu.

Di tiket sih berangkatnya jam 23, tapi ya karena si penjaga loket dan para calo sudah bekerja sama jadinya nunggu bus nambah penumpang dulu. Jadilah jam 12 malem baru jalan, itu juga hanya ada 6 penumpang dalam 1 bus yang besar. Sesekali gemerlap lampu Petronas Tower berkilau di balik gedung bertingkat yang bus kami lalui, semakin jauh dan jauh akhirnya meninggalkan kota yang padat ini dengan masyarakatnya yang serumpun.

Bersambung....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

최진혁 (CHOI JIN HYUK) - 다시 사랑한다 말할까 (Should I Say I Love Again) MV Emergency Couple

박시환 (PARK SI-HWAN) - 그때 우리 사랑은 (The Way We Loved) (응급남녀 OST) MV Emergency Couple

Kerja di Kapal Pesiar? Why Not!!!